Before, during, after (sex) care

Seks

Apa tafsir yang kalian terjemahkan saat mendengar kata tersebut? ㅤ

Nafsu?

Kotor?

Nikmat?

Tabu? ㅤ

Atau... ㅤ

Cinta?

Seks memiliki jutaan makna pada juta-juta insan di bumi. Semesta, sebab siapa tahu alien di luar angkasa sana juga melakukan aktivitas serupa.

Seks bisa jadi utuh berlandas nafsu. Bisa jadi bermula atas kenikmatan dengan penyesalan yang menyusul. Apa alien punya rasa sesal juga?

ㅤ Seks bisa jadi bermakna ganda, pada nafsu dan cinta yang berjalan beriringan.

Pun pada Jisung, jutaan makna kala penyatuan tubuhnya dengan sang kekasih membaur meyatu bersamaan dengan jutaan kupu-kupu yang mengerubungi perutnya. ㅤ

Serangkaian kegiatan seksualnya tidak bisa diartikan dalam satu bait definisi KBBI, atau dalam 33 persamaan kata seks dalam tesaurus. ㅤ

Serangkaian

Ralat, bukan hanya saat penyatuan tubuh.

Perutnya sudah tergelitik sejak Jeno tersenyum malu-malu memegangi tengkuknya sendiri dan berdehem canggung sebelum berbisik, “Kita beneran mau ngelakuin itu? Malem ini?”

Ah, Jisung juga tidak jauh berbeda. Bahkan wajahnya yang memerah tidak berani berhadapan langsung dengan sang pacar. Kepalanya hanya mengangguk singkat tanda mengiyakan. ㅤ

Pipinya sudah menghangat sejak Jeno yang sama amatiran seperti dirinya, mempersiapkan dan menyuplai segala hal mulai dari yang paling penting hingga yang tidak terlalu dibutuhkan.

Seprei terpasang baru harum parfum laundry, lilin aromatherapy, mood lamp berbentuk bulan... Oh, Jisung juga punya satu yang sama persis di kamarnya.

Satu kotak kecil bernuansa merah dan sebuah botol lubricant terpampang nyata tergeletak di nakas kamar Jeno. Dua benda itu juga menjadikan tendensi keduanya berduaan di kamar menjadi sangat nyata, sekaligus memperjelas kecanggungan dan ketegangan di antara mereka. ㅤ

Namun tidak untuk waktu yang lama.

Kepala Jisung sudah dibuat berputar atas sentuhan-sentuhan Jeno pada tubuhnya, penuh kelembutan dan kehati-hatian. Karena bagi Jeno, Jisung sangat—terlalu—berharga. ㅤ

Jiwanya sudah lepas melayang ke awan pada setiap hentakan yang Jeno berikan. ㅤ

Yes, they did it. But, it doesn't end right here right now.

Dadanya masih penuh bermekaran bunga-bunga karena dihujani begitu banyak perhatian dan kasih sayang.

Bagaimana Jeno menggendong awak jangkungnya, membawanya ke kamarnya sendiri yang lebih bersih dibanding kamar Jeno yang sudah acak-acakan.

Bagaimana Jeno membasuh seluruh badannya dengan handuk hangat sebab terlalu letih untuk melangkahkan kaki ke kamar mandi.

Bagaimana Jeno merengkuh tubuhnya sepanjang malam, membawanya pada dekapan hangat dengan bibir yang tak henti-henti mengucapkan kata-kata manis sembari mengecupi setiap inci wajahnya. ㅤ

Matahari pagi menyelinap masuk melalui sela-sela tirai kamar Jisung. ㅤ

Sekarang gilirannya. ㅤ

Jemari lentiknya dengan lembut dan telaten mengoleskan salep pada goresan luka di punggung Jeno yang masih tertidur pulas. Luka bekas cakar yang diciptakan Jisung sendiri. Sesekali Jisung meringis membayangkan betapa kuatnya ia mencengkram bahu dan punggung sang kekasih tadi malam, hingga menimbulkan banyak guratan-guratan merah pada tubuh kekar itu. ㅤ

“Aw...”

Jisung sedikit tersentak mendengar rintihan pelan pada sosok di hadapannya. Jeno melirik linglung ke arah Jisung dan jam dinding. Loh, masih jam enam.

“Kok kamu udah rapi sih, Sayang?” Jeno menggeser tubuhnya, mendaratkan kepalanya di atas paha Jisung, telentang melanjutkan tidur. ㅤ

Jisung membelai surai legam di pangkuannya. “Kamu miring dulu sebentar, biar aku selesaiin dulu ngobatin punggungnya.”

Jeno menurut, ia memiringkan tubuh.

Bukannya memunggungi, justru ia berbalik memeluk erat pinggang ramping Jisung. ㅤ

“Miringnya ke sana, biar aku gampang ngolesin salepnya.”

Jeno menggeleng. “Nggak perlu.” Suaranya teredam karena wajahnya masih menempel pada perut rata Jisung.

“Nanti ngebekas...” ㅤ

“Biarin. Biar jadi tanda that I fucked my baby so good last night.” ㅤ

Jeno membuka sebelah matanya, mengintip wajah salah tingkah Jisung. Bibirnya melengkung jahil.

Jeno bangkit duduk hanya demi membisikkan kalimat godaan tepat di depan telinga merah pacar manisnya. “You gave me so much pleasure too, Baby.”

Jisung mendorong pelan dada Jeno, ia berdiri hendak kabur karena terlalu malu. Ia belum siap mental untuk diajak bernostalgia tentang kejadian tadi malam.

Namun tangannya langsung ditarik, ia kembali mendarat di kasur dengan posisi yang lebih berbahaya.

Jeno mengukung tubuhnya.

“Mau ke mana sih, buru-buru amat?”

“Keburu abang-abang yang lain pulang,” cicit Jisung.

“Kalau itu nggak usah khawatir, mereka pulangnya masih lama, jam 12.”

Jisung mengerutkan alisnya curiga. “Kok tau?” ㅤ

“Perjanjiannya emang jam segitu.”

Jangan bilang!?

Jisung memukul pelan lengan Jeno yang hanya dibalas dengan cengiran.

Pantes, kok tumben pada kompak ada acara di luar.

Jisung menggigit bibirnya grogi, pandangannya ia edarkan ke segala arah selain pada tubuh telanjang di atasnya. ㅤ

“T-tapi, pantat aku masih sakit.” ㅤ

Jeno terkekeh dan sejurus kemudian mencuri kecup pada pipi Jisung yang belakangan ini semakin gembul. Ia merebahkan diri di samping Jisung dan merengkuh tubuh itu erat. Hidungnya mendusal-dusal perpotongan leher Jisung. “Orang aku cuma pengen meluk kamu doang, kok. Dasar GR.”

Bukannya tersinggung, Jisung justru dibuat tersenyum. Ia memutar tubuh, membalas pelukan Jeno.

Jika Jisung hanya bisa memilih satu makna seks...

Baginya, seks adalah bahasa tubuh.

Bahasa cintanya yang tidak bisa disampaikan lewat kata-kata.