Hoax di Malam Pertama
Sepasang mempelai yang beberapa saat lalu baru saja saling terikat di atas ikrar suci, mereka sama-sama sepakat, berbisik pada telinga satu sama lain, bahwa, “Nanti malem langsung tidur aja ya, aku capek banget.”
Anggukan keduanya terbukti, pada pukul delapan malam saat akhirnya mereka ditinggal berduaan di dalam kamar suite hotel—bonus dari paket pernikahan—, Jeno hanya membenamkan wajahnya di atas paha Jisung.
Jemari lentik Jisung dengan telaten mengelus dan memijat lembut kepala sang suami yang mengeluh, ”Pusing, kebanyakan liat orang.”
“Kirain pusing tadi ngitung amplopnya kebanyakan.”
Jeno hanya terkekeh pelan sebagai tanggapan. Diraihnya tangan Jisung yang masih menyisir surainya.
Tubuhnya yang semula memunggungi Jisung berbalik, semakin mendekatkan wajahnya dan mendusal pada bagian perut bawah suami tersayang.
Peredaran darah Jisung memanas, hatinya berdesir kala lembab dan basah bibir Jeno menyapu punggung tangannya.
Kala tatapan sayu menyapa netranya, serta dari bibir yang sama, suaminya itu berucap,
“Kamu ‘kan udah mijitin kepala aku. Kepala kamu mau aku pijitin juga, nggak?”
ㅤ
“Nanti malem langsung tidur aja ya, aku capek banget.” ㅤ Anggukan keduanya terbukti, terbukti salah. Hoax di malam pertama, hoax pertama dalam pernikahan mereka.