KENAPA
Panjang umur. Sehat selalu.
Baru saja jadi bahan perbincangan, dari ekor mata Zidan dapat melihat Najmi yang berjalan memasuki dapur.
Helaan napas keluar dari bibir yang lebih tua, mungkin yang ke-sejuta kali dalam hari ini. Zidan yang mulai resah karena sejak kedatangannya kemarin diberi gestur sedemikian rupa, akhirnya angkat bicara.
“Emang kenapa sih, Bang?”
Najmi mengangkat kedua alisnya penuh tanya.
“Emang kenapa sih, kalau gue pacaran sama bang Zendra?”
Tatapan Najmi melembut, diraihnya pundak Zidan yang masih duduk di meja makan. “Ya enggak kenapa-kenapa. Tapi lo, nggak kenapa-kenapa kan, Ji?”
Mata Zidan memicing sangsi. “Emang kenapa-kenapa, kenapa?”
Remasan Najmi pada kedua pundak Zidan mengerat.
“Itu… Zendra ‘kan agak…”
“Agak kenapa!?” ucap Zidan tidak sengaja meninggikan suara di ujung kalimatnya karena was-was.
“Agak…”
Zidan menatap netra Najmi tajam, menunggu lelaki tersebut untuk menyelesaikan kalimatnya.
“Zendra ‘kan agak mesum, Ji.”
Entah karena es krim yang ada di genggamannya, atau karena ucapan Najmi barusan, tapi gigi Zidan mendadak ngilu.
“Emang mesumnya gimana?” tanya Zidan bisik-bisik seperti mau bergosip.